Difusi Gagasan Dalam Mitologi Bangsa Matahari di Masa Kuno

Mitologi adalah cerminan karakter budaya suatu bangsa. Merupakan refleksi penghayatan spiritual, yang bercerita apa adanya tentang seperti apa kehidupan orang-orang dari bangsa itu di masa lampau. Ini fakta tinjauan antropologi yang tidak dapat disangkal.

Jika dalam mitologi Mesir disebutkan Ra (Dewa Matahari Mesir) setiap hari berlayar dengan “perahu siang” melintasi langit, dan pada malam hari berpindah ke “perahu malam” untuk berlayar melintasi duat (wilayah misterius yang terkait dengan kematian dan kelahiran kembali) maka, hal itu menunjukkan fakta bahwa bangsa Mesir kuno memang adalah bangsa maritim (laut).

Sementara jika dalam mitologi Yunani kuno, Helios (Dewa Matahari Yunani) setiap hari mengendarai kereta kuda melintasi langit, itu menunjukkan fakta bahwa bangsa Yunani kuno lebih berkarakter kontinental (daratan).

Penggambaran dalam mitologi India sama dengan mitologi Yunani. Dalam mitologi India dewa Surya (dewa Matahari) setiap hari melintasi langit ke arah barat menggunakan kereta kuda.

Demikianlah, orang-orang di dunia kuno tidak akan mengatakan dewa mataharinya melintasi langit menggunakan perahu jika mereka sendiri tidak tahu seperti apa itu perahu dan bagaimana menggunakannya. Begitu juga orang-orang yang aktifitas hidupnya lebih banyak di lautan tidak akan mengatakan dewa mataharinya mengendarai kereta kuda, alat transportasi yang tidak akrab dengan mereka.

Pertanyaan pentingnya adalah: Dari mana sebenarnya konsep Dewa Matahari yang tiap hari melintasi langit ini berasal?

Meskipun konsep kosmologi dewa matahari kita temukan dalam budaya bangsa Mesir kuno dan Yunani kuno tetapi, sejauh yang dapat saya telusuri, hanya di dalam naskah suci Hindu (Rig Veda) saja hal ini dapat kita temukan jawabannya.

Dalam Rgveda himne 1.115 disebutkan: Surya sebagai penghormatan khusus untuk “matahari terbit” dengan simbolismenya sebagai penghilang kegelapan, orang yang memberdayakan pengetahuan, kebaikan dan semua kehidupan. (Samuel D. Atkins, A Vedic Hymn to the Sun-God Sūrya, 1938)

A.A. Macdonell dalam bukunya “Mitologi Veda”, memberi uraian sebagai berikut:

Dari 10 buku hymne Rigveda, pada umumnya kalau bisa dikatakan keseluruhannya, dapat dikatakan dikhususkan bagi perayaan Surya. Tidak mungkin untuk mengatakan seberapa sering namanya muncul. Dalam banyak kasus diragukan apakah hanya fenomena alam yang dimaksudkan atau personifikasinya. Karena namanya menandakan bola matahari juga, Surya adalah dewa matahari yang paling konkrit, hubungannya dengan orang-orang yang menonjol dengan pencapaian cemerlang (orang termasyhur) tidak pernah hilang.

Di Atharvaveda ia disebut ‘penguasa mata’ dan dikatakan sebagai satu-satunya mata makhluk yang diciptakan dan untuk melihat melampaui langit, bumi, dan air. Dia melihat jauh, melihat semua hal, ia adalah penyaksi seluruh dunia, melihat semua makhluk berikut perbuatan baik dan buruk dari manusia.

Dengan dibangkitkan oleh Surya, manusia fokus pada tujuannya serta melakukan tugas mereka. Umum bagi semua manusia, bahwa Surya tampil sebagai penggugah kesadaran mereka. Dia adalah jiwa atau penjaga semua yang bergerak.

Author: fadlybahari

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Leave a comment