Esensi Bahasa Adam

(sumber ilustrasi: quietrev.com)

Jika NoosferThe Akashic Records, dan Lauh Mahfuzh memang sama adanya, maka dapat diduga manusialah yang mengunggah informasi data melalui kegiatan pikirannya. Asumsi ini merujuk pada teori Teilhard bahwa noosfer muncul melalui dan didasari oleh interaksi pikiran manusia. 

Tapi, jika merujuk pada Surat Al Hadid ayat 22-23 dan Surat Al An’am ayat 59,  maka dapat dipastikan kitab induk Lauh Mahfuzh telah ada jauh sebelum manusia ada di muka bumi, bahkan jauh sebelum lapisan hidup Biosphere mulai terbentuk. 

Titik temu yang mungkin bisa dimunculkan dalam hal ini adalah bahwa Lauh Mahfuzh sebagai pusat server informasi alam semesta telah memang tersedia ketika dunia ini diciptakan — manusia hadir di bumi dan mulai mengisinya data riwayat, dikarenakan perangkat berpikir manusia yakni otak, terkoneksi ke pusat server alam semesta tersebut. Jadi, Lauh Mahfuzh bukan saja berisikan data riwayat manusia saja, tapi seluruh hal yang berlaku di jagad raya ini sejak mulai diciptakan Allah SWT.

Sebagai pusat server alam semesta Lauh Mahfuzh bukan hanya mencatat semua hal yang terjadi di jagad raya, tetapi bekerja layaknya pusat informasi yang dapat di akses manusia melalui kegiatan berpikir di perangkat otaknya.

Bisa dikatakan pada saat berpikir itu kegiatan upload dan download data kita lakukan dalam saat yang bersamaan. Apapun hal yang kita olah dalam proses berpikir sifatnya adalah kegiatan upload, sedangkan ide yang kita dapat dalam proses berpikir, itulah yang kita download.

Mengenai fakta fungsi bahasa sebagai instrument berpikir manusia, mungkin akan timbul pertanyaan; apakah informasi data yang dapat kita akses di Lauh Mahfuzh hanyalah data informasi yang ter-upload dari bahasa yang kita ketahui saja? Jawabnya, tentu saja tidak.

Menurut riset terbaru, diperkirakan ada 7000 bahasa yang ada di dunia saat ini. Namun pun demikian, dari literatur yang ada, kita ketahui bahwa pada awalnya manusia berbicara dalam satu bahasa. Hal ini dikisahkan Al Kitab Kejadian 11 (1-9):

Pada awalnya, orang-orang di seluruh dunia hanya memiliki satu bahasa dan menggunakan kata-kata yang sama. Saat orang bergerak ke arah timur, mereka menemukan dataran di Shinar dan menetap di sana. 

Mereka berkata satu sama lain, “Ayo, mari kita membuat batu bata dan memanggangnya secara menyeluruh.” Mereka menggunakan batu bata, bukan batu, dan ter untuk mortir. 

Kemudian mereka berkata, “Mari, mari kita membangun sebuah kota, dengan menara yang mencapai ke langit, sehingga kita dapat membuat nama untuk diri kita sendiri, jika tidak kita akan tersebar di seluruh permukaan bumi.” 

Tetapi TUHAN turun untuk melihat kota dan menara yang dibangun orang-orang. Tuhan berkata, “Jika sebagai satu orang yang berbicara bahasa yang sama mereka telah mulai melakukan ini, maka tidak ada yang mereka rencanakan untuk dilakukan tidak mungkin bagi mereka. Ayo, mari kita turunkan dan membingungkan bahasa mereka sehingga mereka tidak akan saling memahami.” 

Jadi, Tuhan menyebarkan mereka dari sana ke seluruh bumi, dan mereka berhenti membangun kota. Itulah sebabnya mengapa kota itu disebut Babel, karena di sanalah Tuhan membingungkan orang-orang dengan bahasa yang berbeda. Dengan cara ini dia menyebarkannya ke seluruh dunia.

Author: fadlybahari

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Leave a comment