Selain dikenal sebagai tokoh penting dalam pewayangan – pengasuh / penasihat para kesatria dalam pementasan wiracarita Mahabharata dan Ramayana, Semar juga merupakan entitas mistis yang mengisi panggung dunia spiritual masyarakat Jawa.
Mark R. Woodward, peneliti etnografi Jawa dari berkebangsaan Amerika, dalam bukunya berjudul “Islam Jawa ; Kesalehan Normatif Versus Kebatinan” mengatakan: Semar juga dianggap sebagai pembimbing spiritual dalam pengertian yang lebih umum. Banyak mistikus Yogyakarta yang mencari inspirasi darinya dan secara rutin berkunjung ke candi di Serandil yang diyakini merupakan tempat berkubur.
Woodward juga mengatakan, ada pandangan yang berkembang di antara para mistikus Yogyakarta bahwa, peran Semar dalam mistisisme sama dengan Nabi Muhammad dalam sistem kesalehan Islam normatif. Beberapa di antaranya lebih jauh melukiskannya sebagai “nabi batin.“
Hal ini dianggap Woodward sebagai tema yang menguat di dalam kepercayaan kraton Yogyakarta, tempat posisi Semar paralel dengan Sunan Kalijaga. Sebagaimana wali, Semar membantu Sultan mengatur wewenang yang ia transendensikan sendiri. Dalam hal ini, Sultan dianggap sebagai keturunan langsung dari Arjuna, dan karena itulah berhak atas bantuan dan perlindungan Semar.
Lebih jauh Woodward juga mengatakan, para informannya yang berasal dari kalangan istana percaya bahwa Sultan bisa berbicara langsung dengan Semar, yang membimbing adminstrasi kerajaan maupun persoalan keagamaan pribadi Sultan.
Abdul Munir Mulkhan dalam bukunya “Sufi pinggiran: menembus batas-batas” (2007:113-114) mengatakan, dalam tradisi Jawa Semar bukan saja tokoh dalam dunia wayang tetapi juga merupakan legenda dan mitos politik.
Dalam legendanya, Semar dikenal sebagai tokoh yang menyimpan sumber kepemimpinan karismatik sekaligus rasional. Selain itu ia juga menyimpan sumber daya kekuatan fisik yang dikenal dalam idiom Jawa sebagai kadigdayan atau kasekten dan kekuatan spiritual luar biasa.
Demikianlah kurang lebih, seperti apa keistimewaan sosok Semar dalam tradisi masyarakat Jawa.
“Puzzle” Pohon Cemara
Seperti biasa, ketika saya mengamati sesuatu objek yang ingin saya cermati, pendekatan linguistik dalam hal aspek homofon, menjadi salah satu fokus perhatian utama saya.
Nama ‘Semar’, dalam pandangan saya, cukup homofon dengan “cemara”. Dugaan awal ini kemudian saya tindaklanjuti dengan mencari tahu nama lain dari pohon cemara. Hasilnya, saya menemukan hal menarik, dan saya pikir berpotensi menjadi “puzzle” penting untuk mengungkap asal usul sosok Semar.
Nama latin pohon Cemara adalah “Casuarina“. Nama ini berasal dari sebutan pohon Cemara dalam bahasa Melayu yakni “Pohon Kasuari”. Habitat asli pohon ini adalah wilayah Asia tenggara, Benua Australia, hingga kepulauan di Pasifik. (sumber di sini)